Halaman

blogads

Kamis, 27 Maret 2008

Scooter Berturbo Helikopter


Gila bin edan bro! lihat scootic ini, aplikasi modifikasinya tidak main-main. Sepasang turbo helikopter ditanam pada sektor kiri dan kanan body si semok matic. kenapa harus sepasang?, iya kalo dipasang cuma 1 unit turbolence scootic bakal meluncur tidak imbang, selain itu faktor keseimbangan body.

Bila dipasang 1 turbo dan diletakkan pada bagian tengah, resiko scooter jumpalitan tidak bakal bisa dihindari bila turbo difungsikan. Jalan keluarnya builder edan ini pasang 2 unit sekaligus, selain menjadi penyeimbang body juga pendongkrak performance scooter. Lantas siapa yang berani tantang scooter twin turbo ini?, Brother berani.....

Selasa, 25 Maret 2008

Yamaha YA-1,Titik awal Garpu Tala


Sekedar menapak tilas dunia motor, Tahun 1955 Yamaha resmi meluncurkan produk perdananya Yamaha YA-1. Motor berlogo garpu tala ini dilengkapi mesin kapasitas 125 cc/2-Tak, dengan konsep street bike. Gaya Street bike kental dengan pamer dapur pacu dan body serba minimalis, single seater ala motor jalanan.

Gaya old skull ala Eropa hadir dalam bentuk seater bocenger dan riders yang terpisah,plus tumpuan ban flat track membuat YA-1 digemari bikers yang doyan libas jalan kriting.Konon YA-1 salah satu tonggak sejarah berkiprahnya Yamaha di dunia otomotif pada era tersebut.

Selasa, 04 Maret 2008

I-Supermoto


Demam motor jangkung macam supermoto juga mewabah di Suroboyo, Jawa Timur. Seperti TVS Neo 2007 milik Yohanes, kepala cabang dealer TVS Surabaya. Lantaran fitur andalan yang meliputi i-ride, i-Start, i-Charge dan i-Econo yang dipertahankan, bebek besutan Yohanes dijuluki i-Supermoto. Yups! Inovation Supermoto dengan dua kopling sekaligus.

Katanya, i-Supermoto dibikin guna menghindar dari julukan motor India kurang gaul. Makane, brother Yoh bela-belain bentuk otot. Tapi bukan otot kaki Yoh, melainkan otot besutannya. Caranya, tetap memfungsikan komponen orisinal.Antara lain, tabung sok depan, lengan ayun, rem, footstep dan pelek palang.

Meski masih tabung standar, sok depan tetap ditinggikan. Tentu lewat cara mengganti as sok lebih jangkung dari ukuran semula. Disusul pasang sepatbor trail made-in lokal. Hasilnya, jarak kaki depan dengan aspal jadi lebih tinggi. Makin sip dengan piringan cakram lebar yang nancap di teromol depan pelek TVS Neo CW.

Selanjutnya kaki belakang. Meski tampak sederhana namun perlu kecermatan. Sokbreker doble ditendang hingga menjadi monosok, kali ini Yohanes pilih peredam tunggal Jupiter MX yang dipercaya empuk and stabil untuk menginjak aspal.

Efek nunging di roda belakang ikut ditampilka. Trik yang ditempuh, dipasang adapter sebutan lain pangkon yang dilas listrik pada tulang ‘H’ lengan ayun. Tidak lupa dibenamkan cakram belakang, lagi-lagi masih tetap mengandalkan bawaan TVS Neo.

Sentuhan terakhir, Yohanes menancapkan knalpot khas supermoto. Leher knalpot dirancang mengikuti lekuk mesin 110 cc dan bodi TVS. Supaya pipa buang tidak terlalu menonjol ke samping dan bisa melecetkan kaki bocengers maka bodi sedikit dipapas. Hasilnya silencer melesak ke dalam bodi.(endar)

Fashion Pelindung
Kesan bebek supermoto makin kentara setelah pasang pelat bordes. Pelat bercorak itu nempel di kolong mesin. Tentu bukan sekadar mengejar nuansa fashion semata. Tapi juga punya fungsi menahan benturan.

Terbit Di MotorPlus Edisi 470